Jesus Comes From Heaven

September 27, 2010

Sabar Menjalani Kehidupan

Suatu hari aku memutuskan untuk berhenti. Berhenti dari pekerjaanku,
Berhenti dari hubunganku dengan sesama dan berhenti dari spiritualitasku.


Aku pergi ke hutan untuk bicara dengan Tuhan untuk yang terakhir kalinya. "Tuhan", kataku. "Berikan aku satu alasan untuk tidak berhenti?"

Dia memberi jawaban yang mengejutkanku. "Lihat ke sekelilingmu", kataNya. "Apakah engkau memperhatikan tanaman pakis dan bambu yang ada di hutan ini?" "Ya", jawabku.

Lalu Tuhan berkata, "Ketika pertama kali Aku menanam mereka, Aku menanam dan merawat benih-benih mereka dengan seksama. Aku beri mereka cahaya, Aku beri mereka air, dan pakis-pakis itu tumbuh dengan sangat cepat. Warna hijaunya yang menawan menutupi tanah, namun tidak ada yang terjadi dari benih bambu, tapi Aku tidak berhenti merawatnya."

"Dalam tahun kedua, pakis-pakis itu tumbuh lebih cepat dan lebih banyak lagi. Namun, tetap tidak ada yang terjadi dari benih bambu, tetapi Aku tidak menyerah terhadapnya."

"Dalam tahun ketiga tetap tidak ada yang tumbuh dari benih bambu itu tapi Aku tetap tidak menyerah. Begitu juga dengan tahun ke empat. "

"Lalu pada tahun ke lima sebuah tunas yang kecil muncul dari dalam tanah.
Bandingkan dengan pakis, yang kelihatan begitu kecil dan sepertinya tidak
berarti. Namun enam bulan kemudian, bambu ini tumbuh dengan mencapai ketinggian lebih dari 100 kaki. Dia membutuhkan waktu lima tahun untuk menumbuhkan akar-akarnya. Akar-akar itu membuat dia kuat dan memberikan apa yang dia butuhkan untuk bertahan. Aku tidak akan memberikan ciptaanku tantangan yang tidak bisa mereka tangani."

"Tahukah engkau anakKu, dari semua waktu pergumulanmu, sebenarnya engkau sedang menumbuhkan akar-akarmu? Aku tidak menyerah terhadap bambu itu, Aku juga tidak akan pernah menyerah terhadapmu. "

Tuhan berkata, "Jangan bandingkan dirimu dengan orang lain. Bambu-bambu itu memiliki tujuan yang berbeda dibandingkan dengan pakis tapi keduanya tetap membuat hutan ini menjadi lebih indah."

"Saatmu akan tiba", Tuhan mengatakan itu kepadaku. "Engkau akan tumbuh sangat tinggi." "

Seberapa tinggi aku harus bertumbuh Tuhan?" tanyaku. "Sampai seberapa tinggi bambu-bambu itu dapat tumbuh?" Tuhan balik bertanya. "Setinggi yang mereka mampu?" aku bertanya.

"Ya." jawabNya "Muliakan Aku dengan pertumbuhan mu, setinggi yang engkau dapat capai."

Lalu aku pergi meninggalkan hutan itu, menyadari bahwa Allah tidak akan
pernah menyerah terhadapku dan Dia juga tidak akan pernah menyerah
terhadap Anda.

Jangan pernah menyesali hidup yang saat ini Anda jalani sekalipun itu
hanya untuk satu hari. Hari-hari yang baik memberikan kebahagiaan;
hari-hari yang kurang baik memberi pengalaman; kedua-duanya memberi arti bagi kehidupan ini.

Tuhan Mengemudikan Hidup Kita

Kita tidak pernah mempertanyakan kemana supir bus kota yang kita tumpangi akan membawa bus-nya. Tetapi kita sering mempertanyakan Tuhan, kemana Dia akan membawa hidup kita.

Seorang ayah mengajak puterinya, Asa, 6 tahun, mengendarai mobil menuju ke sebuah museum. Sudah lama Asa menginginkannya. Si Ayah kebetulan hari itu mengambil cuti dan sengaja mengantar anaknya ke tempat yang sudah lama diimpikan Asa itu tanpa didampingi Bunda.

Di perjalanan, tak hentinya Asa bertanya kepada si Ayah, “Ayah tahu tempatnya?”, tanya Asa yang duduk di samping kemudi Ayah.

“Tahu, jangan kuatir …”, jawab Ayah sembari tersenyum.

"Emang Ayah tahu jalan-jalannya?”

“Tahu, jangan kuatir …”

“Benar, tidak kesasar Ayah?”

“Benar, jangan kuatir …”, jawab Ayah tetap dengan sabar.

“Nanti kalau Asa haus, bagaimana?”

“Tenang, nanti Ayah beli air mineral …”

“Terus kalau lapar?”

“Tenang, Ayah ajak mampir Asa ke restoran …”

“Emang ayah tahu tempat restorannya?”

“Tahu, sayang …”

“Emang ayah bawa cukup uang?”

“Cukup, sayang …”

“Kalau Asa pengin ke kamar kecil?”

“Ayah antar sampai depan pintu toilet wanita …”

“Emang di musium ada toiletnya?”

“Ada, jangan kuatir …”

“Ayah bawa tissue juga?”

“Bawa, jangan kuatir …”, kata ayah sembari membelokkan mobilnya masuk jalan tikus, karena macet.

“Kok Ayah belok ke jalan jelek dan sempit begini?”

“Ayah cari jalan yang lebih cepat … supaya Asa bisa menikmati museum lebih lama nanti …”

Tidak berapa lama, Asa kemudian tidak bertanya-tanya lagi. Giliran sang Ayah yang bingung, “Kenapa Asa diam, sayang?”

“Ya, Asa percaya Ayah deh! Ayah pasti tahu, akan antar dan bantu Asa nanti!”

Kita ini seperti Asa si anak kecil ini. Kita bertanya banyak hal mengenai apa yang kita hadapi dan terjadi dalam hidup kita. Terlalu banyak khawatir apa yang akan kita hadapi. Padahal sesungguhnya Tuhan “sedang mengemudi” buat kita semua.

Kadang Ia membawa ke “gang sempit” yang barangkali tidak enak, tetapi itu semua untuk menghindari "kemacetan" di jalan yang lain. Kadang Ia memperlambat "kendaraan-Nya", kadang mempercepat. Semuanya ada maksudnya.

Ada baiknya kalau kita menyerahkan hal-hal yang di luar jangkauan kita kepada-Nya. Biarkan Dia berkarya atas hidup Anda, biarkan Dia mengemudikan hidup Anda, sebaliknya fokuskan hidup Anda kepada hal-hal yang Anda bisa kerjakan di depan mata, dengan berkat kemampuan yang Anda sudah miliki

Apakah Tuhan Menciptakan Kejahatan???

Apakah Tuhan menciptakan segala yang ada?
Apakah kejahatan itu ada?
Apakah Tuhan menciptakan kejahatan?
Seorang Profesor dari sebuah universitas terkenal menantang mahasiswa-mahasiswa nya dengan pertanyaan ini, "Apakah Tuhan menciptakan segala yang ada?".

Seorang mahasiswa dengan berani menjawab, "Betul, Dia yang menciptakan semuanya".

"Tuhan menciptakan semuanya?" Tanya professor sekali lagi.

"Ya, Pak, semuanya" kata mahasiswa tersebut.

Profesor itu menjawab, "Jika Tuhan menciptakan segalanya, berarti Tuhan menciptakan Kejahatan. Karena kejahatan itu ada, dan menurut prinsip kita bahwa pekerjaan kita menjelaskan siapa kita, jadi kita bisa berasumsi bahwa Tuhan itu adalah kejahatan."

Mahasiswa itu terdiam dan tidak bisa menjawab hipotesis professor tersebut. Profesor itu merasa menang dan menyombongkan diri bahwa sekali lagi dia telah membuktikan kalau agama itu adalah sebuah mitos.

Mahasiswa lain mengangkat tangan dan berkata,
"Profesor, boleh saya bertanya sesuatu?"

"Tentu saja," jawab si Profesor

Mahasiswa itu berdiri dan bertanya, "Profesor, apakah dingin itu ada?"

"Pertanyaan macam apa itu? Tentu saja dingin itu ada. Kamu tidak pernah sakit flu?" Tanya si professor diiringi tawa mahasiswa lainnya.

Mahasiswa itu menjawab, "Kenyataannya, Pak, dingin itu tidak ada. Menurut hukum fisika, yang kita anggap dingin itu adalah ketiadaan panas. Suhu -460F adalah ketiadaan panas sama sekali. Dan semua partikel menjadi diam dan tidak bisa bereaksi pada suhu tersebut. Kita menciptakan kata dingin untuk mendeskripsikan ketiadaan panas.

Mahasiswa itu melanjutkan, "Profesor, apakah gelap itu ada?"

Profesor itu menjawab, "Tentu saja itu ada."

Mahasiswa itu menjawab, "Sekali lagi anda salah, Pak. Gelap itu juga tidak ada. Gelap adalah keadaan dimana tidak ada cahaya. Cahaya bisa kita pelajari, gelap tidak. Kita bisa menggunakan prisma Newton untukmemecahkan cahaya menjadi beberapa warna dan mempelajari berbagai panjang gelombang setiap warna. Tapi Anda tidak bisa mengukur gelap. Seberapa gelap suatu ruangan diukur dengan berapa intensitas cahaya di ruangan tersebut. Kata gelap dipakai manusia untuk mendeskripsikan ketiadaan cahaya."

Akhirnya mahasiswa itu bertanya, "Profesor, apakah kejahatan itu ada?"

Dengan bimbang professor itu menjawab, "Tentu saja, seperti yang telahkukatakan sebelumnya. Kita melihat setiap hari di Koran dan TV. Banyak perkara kriminal dan kekerasan di antara manusia. Perkara-perkaratersebut adalah manifestasi dari kejahatan."

Terhadap pernyataan ini mahasiswa itu menjawab, "Sekali lagi Anda salah, Pak.
Kejahatan itu tidak ada. Kejahatan adalah ketiadaan Tuhan.Seperti dingin atau gelap, kajahatan adalah kata yang dipakai manusia untuk mendeskripsikan ketiadaan Tuhan. Tuhan tidak menciptakan kajahatan. Kajahatan adalah hasil dari tidak adanya kasih Tuhan dihati manusia. Seperti dingin yang timbul dari ketiadaan panas dan gelap yang timbul dari ketiadaan cahaya."

Profesor itu terdiam....

Nama mahasiswa itu adalah Albert Einstein
:D

Kata orang Singapore ttg Indonesia

Kata orang Singapore tentang Indonesia dari Milist Tetangga :

Suatu pagi di Bandar Lampung, kami menjemput seseorang di bandara. Orang itu sudah tua, kisaran 60 tahun. Sebut saja si bapak.

Si bapak adalah pengusaha asal singapura, dengan logat bicara gaya
melayu, english, (atau singlish) beliau menceritakan pengalaman2
hidupnya kepada kami yang masih muda. Mulai dari pengalaman bisnis,
spiritual, keluarga, bahkan percintaan hehehe..

“Your country is so rich!“

Ah biasa banget kan denger kata2 begitu. Tapi tunggu dulu..

“Indonesia doesn’t need the world, but the world needs Indonesia”

“Everything can be found here in Indonesia, u don’t need the world”

“Mudah saja, Indonesia paru2 dunia. Tebang saja hutan di Kalimantan, dunia pasti kiamat. Dunia yang butuh Indonesia !”

“Singapore is nothing, we cant be rich without Indonesia . 500.000
orang Indonesia berlibur ke Singapura setiap bulan. Bisa terbayang uang
yang masuk ke kami, apartemen2 dan condo terbaru kami yang membeli pun
orang2 indonesia, ga peduli harga yang selangit, laku keras. Lihatlah
rumah sakit kami, orang Indonesia semua yang berobat.”

“Kalian tahu bagaimana kalapnya pemerintah kami ketika asap hutan
Indonesia masuk? Ya, benar2 panik. sangat terasa, we are nothing.”

“Kalian ga tau kan klo Agustus kemarin dunia krisis beras. Termasuk di
Singapura dan Malaysia, kalian di Indonesia dengan mudah dapat beras”

“Lihatlah negara kalian, air bersih dimana2.. lihatlah negara kami, air
bersih pun kami beli dari malaysia. Saya pernah ke Kalimantan, bahkan
pasir pun mengandung permata. Terlihat glitter kalo ada matahari
bersinar. Petani disana menjual Rp3000/kg ke sebuah pabrik China. Dan
si pabrik menjualnya kembali seharga Rp 30.000/kg. Saya melihatnya
sendiri”

“Kalian sadar tidak klo negara2 lain selalu takut meng-embargo
Indonesia?! Ya, karena negara kalian memiliki segalanya. Mereka takut
kalau kalian menjadi mandiri, makanya tidak di embargo. Harusnya
KALIANLAH YANG MENG-EMBARGO DIRI KALIAN SENDIRI. Belilah dari petani2
kita sendiri, belilah tekstil garmen dari pabrik2 sendiri. Tak perlu
kalian impor klo bisa produksi sendiri.”

“Jika kalian bisa mandiri, bisa MENG-EMBARGO DIRI SENDIRI, Indonesia will rules the world..”


Weleh, weleh,...
Mari lakukan yang terbaik dalam bidang apapun yg kita geluti u/ memberi dampak bagi kemajuan bangsa tercinta.
I love u Indo .... Love u ....

Kasih Kepada saudaraku

Aku dilahirkan di sebuah dusun pegunungan yang sangat terpencil. Hari demi hari, orangtuaku membajak tanah kering yang kuning, dan punggung mereka menghadap ke langit. Aku mempunyai seorang adik laki-laki, tiga tahun lebih muda dariku. Ia mencintaiku lebih daripada aku mencintainya.

Suatu ketika, aku ingin membeli sebuah sapu tangan karena sapu tangan saat itu menjadi sesuatu yang trend. Semua gadis di sekelilingku terlihat membawanya. Tak berani meminta kepada orangtuaku yang miskin, aku pun mencuri 50 sen dari tempat penyimpanan uang ayahku. Ketika ayahku menyadari kehilangannya, ayah membuat adikku dan aku berlutut di depan tembok dengan sebuah tongkat bambu di tangannya.

"Siapa yang mencuri uang itu?" ayahku bertanya. Aku terpaku, terlalu takut untuk berbicara. Ayah tidak mendengar siapa pun mengaku, jadi ayah mengatakan, "Baiklah, kalau begitu kalian berdua layak dipukul!" Ketika ayah mengangkat tongkat bambu itu tinggi-tinggi, tiba-tiba adikku mencengkeram tangannya dan berkata, "Ayah, aku yang melakukannya!"

Tongkat panjang itu menghantam punggung adikku dengan bertubi-tubi. Ayah begitu marah sehingga ia terus-menerus mencambukinya sampai kehabisan nafas. Sesudahnya, ayah duduk di atas ranjang batu bata dan memarahi kami, "Kamu sudah belajar mencuri di rumah sekarang. Hal memalukan apa lagi yang akan kamu lakukan di masa mendatang? Kamu pantas dipukul sampai mati! Kamu pencuri tidak tahu malu!"

Malam itu, ibu dan aku memeluk adikku dalam pelukan kami. Tubuhnya penuh dengan luka tetapi ia tidak menitikkan air mata setetes pun. Di tengah malam, aku tak dapat menahan diri dan menangis terisak-isak. Adikku menutup mulutku dengan tangan kecilnya dan berkata, "Kak, jangan menangis lagi sekarang. Semuanya sudah terjadi."

Aku masih selalu membenci diriku karena tidak memiliki cukup keberanian untuk maju mengaku. Bertahun-tahun telah lewat, tapi insiden tersebut masih kelihatan seperti baru kemarin. Aku tidak akan pernah lupa tampang adikku ketika ia melindungiku. Waktu itu, adikku berusia 8 tahun dan aku berusia 11 tahun.

Ketika adikku berada pada tahun terakhirnya di SMP, ia lulus untuk masuk ke SMA di kota Kabupaten. Pada saat yang sama saya diterima untuk masuk ke sebuah universitas di kota propinsi. Malam itu, ayah berjongkok di halaman sambil menghisap rokok tembakaunya, bungkus demi bungkus. Saya mendengarnya bergumam, "Kedua anak kita memberikan hasil yang begitu baik, hasil yang begitu baik!" Ibu mengusap air matanya yang mengalir dan menghela nafas. "Apa gunanya? Bagaimana mungkin kita bisa membiayai keduanya sekaligus?"

Saat itu juga, adikku berjalan keluar ke hadapan ayah dan berkata, "Ayah, saya tidak mau melanjutkan sekolah lagi. Saya telah cukup banyak membaca buku." Ayah menampar adikku dan berkata, "Mengapa kamu mempunyai jiwa yang begitu lemah? Bahkan jika saya harus mengemis di jalanan, saya akan menyekolahkan kamu berdua sampai selesai!"

Dan begitulah, ayah kemudian mengetuk setiap rumah di dusun kami untuk meminjam uang. Aku menjulurkan tanganku selembut yang aku bisa ke muka adikku yang membengkak dan berkata, "Seorang anak laki-laki harus meneruskan sekolahnya. Kalau tidak, ia tidak akan pernah meninggalkan jurang kemiskinan ini. Aku telah memutuskan untuk tidak lagi meneruskan ke universitas."

Siapa sangka keesokan harinya sebelum matahari menampakkan sinarnya, adikku meninggalkan rumah dengan beberapa helai pakaian lusuh dan sedikit kacang yang sudah mengering. Dia menyelinap ke samping ranjangku dan meninggalkan secarik kertas di atas bantalku, "Kak, masuk ke universitas tidaklah mudah. Saya akan pergi mencari kerja dan mengirimkan uang untukmu." Aku memegang kertas tersebut di atas tempat tidurku dan menangis dengan air mata bercucuran sampai suaraku hilang. Tahun itu, adikku berusia 17 tahun dan aku 20 tahun.

Dengan uang yang ayahku pinjam dari seluruh dusun dan uang yang dihasilkan adikku dari mengangkut semen pada punggungnya di lokasi konstruksi, aku akhirnya sampai ke tahun ketiga. Suatu hari, aku sedang belajar di kamarku ketika teman sekamarku masuk dan memberitahukan, "Ada seorang penduduk dusun menunggumu di luar sana!"

Mengapa ada seorang penduduk dusun mencariku? Aku berjalan keluar dan melihat adikku dari jauh, seluruh badannya kotor tertutup debu semen dan pasir. Aku menanyakannya, "Mengapa kamu tidak bilang pada teman sekamarku kalau kamu adalah adikku?" Dia menjawab sambil tersenyum, "Lihat bagaimana penampilanku. Apa yang akan mereka pikir jika mereka tahu saya adalah adikmu? Apa mereka tidak akan menertawakanmu?" Aku merasa trenyuh dan air mata memenuhi mataku. Aku menyapu debu-debu yang melekat di tubuh adikku, dan dengan suara yang tersekat aku berkata, "Aku tidak peduli dengan omongan orang lain! Kamu adalah adikku bagaimana pun penampilanmu. Kamu adalah adikku sampai kapanpun juga..."

Dari sakunya, ia mengeluarkan sebuah jepit rambut berbentuk kupu-kupu. Ia memakaikannya kepadaku dan berkata, "Saya melihat semua gadis kota memakainya. Jadi saya pikir kakak juga harus memiliki satu." Aku tidak dapat menahan diri lebih lama lagi. Aku menarik adikku ke dalam pelukanku dan terus menangis. Tahun itu, ia berusia 20 tahun dan aku 23 tahun.

Kali pertama aku membawa pacarku ke rumah, kaca jendela yang pecah telah diganti dan kelihatan bersih di mana-mana. Setelah pacarku pulang, aku menari seperti seorang gadis kecil di depan ibuku. "Bu, ibu tidak perlu menghabiskan begitu banyak waktu untuk membersihkan rumah kita!" Tetapi ibuku menjawab sambil tersenyum, "Itu adalah hasil kerja adikmu yang pulang awal untuk membersihkan rumah ini. Tidakkah kamu melihat luka pada tangannya? Ia terluka ketika memasang kaca jendela baru itu."

Aku masuk ke dalam ruangan kecil adikku. Melihat mukanya yang kurus, seratus jarum terasa menusukku. Aku mengoleskan sedikit salep pada lukanya dan membalutnya. "Apakah itu sakit?" Aku menanyakannya. "Tidak, tidak sakit. Kakak tahu, ketika saya bekerja di lokasi konstruksi, batu-batu selalu berjatuhan di kakiku. Tapi itu pun tak dapat menghentikanku untuk bekerja." Di tengah kalimat itu ia berhenti. Aku membalikkan tubuhku memunggunginya, dan air mata mengalir deras turun ke wajahku. Tahun itu, adikku 23 tahun dan aku 26 tahun.

Ketika aku menikah, aku tinggal di kota. Sering kali suamiku dan aku mengundang orangtuaku untuk datang dan tinggal bersama kami tetapi mereka tidak pernah mau. Mereka mengatakan, sekali meninggalkan dusun, mereka tidak akan tahu harus mengerjakan apa. Adikku juga tidak setuju, dan ia hanya mengatakan, "Kak, jagalah mertuamu saja. Saya akan menjaga ibu dan ayah di sini."

Lalu suamiku menjadi direktur di pabriknya, kami menginginkan adikku mendapatkan pekerjaan sebagai manajer pada departemen pemeliharaan. Tetapi adikku menolak tawaran tersebut. Ia bersikeras memulai bekerja sebagai pekerja reparasi.

Suatu hari, adikku di atas sebuah tangga untuk memperbaiki sebuah kabel, ketika ia mendapat sengatan listrik, dan masuk rumah sakit. Suamiku dan aku pergi menjenguknya. Melihat gips putih pada kakinya, saya pun menggerutu, "Mengapa kamu menolak menjadi manajer? Manajer tidak akan pernah harus melakukan sesuatu yang berbahaya seperti ini. Lihat kamu sekarang, luka serius seperti ini. Mengapa kamu tidak mau mendengar kami sebelumnya?

Dengan tampang yang serius pada wajahnya, ia membela keputusannya. "Pikirkan kakak ipar - ia baru saja jadi direktur dan saya hampir tidak berpendidikan. Jika saya menjadi manajer seperti itu, berita seperti apa yang akan dibicarakan orang?" Mata suamiku dipenuhi air mata, dan akupun hanya dapat berkata dengan suara tercekat, "Tapi kamu kurang pendidikan juga karena aku!" "Mengapa membicarakan masa lalu?" Adikku menggenggam tanganku. Tahun itu, ia berusia 26 tahun dan aku 29 tahun.

Adikku kemudian berusia 30 tahun ketika ia menikahi seorang gadis petani dari dusun itu. Dalam acara pernikahannya, MC bertanya kepadanya, "Siapa yang paling kamu hormati dan kasihi?" Bahkan tanpa berpikir ia menjawab, "Kakakku!"

Ia melanjutkan dengan menceritakan kembali sebuah kejadian di masa kecil kami yang bahkan akupun tak lagi mengingatnya. "Ketika kami masih SD, sekolah kami berada di luar dusun tempat kami tinggal. Setiap hari aku dan kakakku berjalan selama dua jam untuk pergi ke sekolah dan pulang ke rumah. Suatu hari di musim dingin, saya kehilangan satu dari sarung tanganku. Kakakku memberikan satu dari kepunyaannya dan ia hanya memakai satu sarung tangan untuk berjalan sejauh itu. Ketika kami tiba di rumah, tangannya begitu gemetaran karena cuaca yang begitu dingin sampai ia tidak dapat memegang sumpitnya. Sejak hari itu saya bersumpah, selama saya masih hidup, saya akan menjaga kakakku dan baik kepadanya."

Tepuk tangan membanjiri ruangan itu. Semua tamu memalingkan perhatiannya kepadaku. Kata-kata begitu susah kuucapkan keluar bibirku, "Dalam hidupku, orang yang paling aku berterima kasih adalah adikku." Dan dalam kesempatan yang paling berbahagia ini, di depan kerumunan perayaan ini, air mata bercucuran turun di wajahku seperti sungai.

Sumber: Peaceful Yanti

Makna Teologis Doa Bapa Kami

Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu, datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga. Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat. [Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya.Amin.] (Mat.6:9-13)

“Doa Bapa Kami” adalah doa yang diucapkan oleh Tuhan Yesus untuk diajarkan kepada murid-muridNya. Di Indonesia, karena mengikuti tradisi Belanda dan Gereja Katolik, menyebutnya Doa Bapa Kami, sedangkan di Inggris dan Amerika menyebutnya Doa Tuhan (The Lord’s Prayer).

Untuk memahami Doa Bapa Kami, seseorang harus memahami beberapa hal. Pertama seseorang harus memahami bahwa kedatangan Tuhan yang pertama sesungguhnya adalah penggenapan janji Allah untuk mendirikan Kerajaan Daud yang tak berkesudahan yang kini kita menyebutnya Kerajaan Seribu Tahun (Kis.1:6-7). Seluruh pemberitaan dan pengajaran bagian awal pelayanan Tuhan difokuskan untuk tujuan tersebut. Kata Tuhan, jika bangsa Yahudi menerima Yohanes maka ia adalah Elia (Mat.11:13-14) yang berarti juga pasti akan menerima Yesus sebagai Mesias. Kata “jika” (ei) pada ayat 14 memiliki arti yang sangat penting. Kata ini mengandung unsur “kemungkinan”. Ayat ini bisa dimengerti hanya jika seseorang memahami hakekat “kehendak bebas” (free will) yang Allah berikan kepada manusia.

Tanpa memahami bahwa Allah memberikan kehendak bebas kepada manusia sejak penciptaannya, tidak mungkin dapat mengerti kata if atau ei pada Matius 11:14. Kedua, Ternyata bangsa Yahudi tidak menerima Elia sehingga ia menjadi Yohanes Pembaptis. Penolakan terhadap Elia sama artinya dengan penolakan terhadap Sang Mesias yang diperkenalkannya. Dengan demikian maka Kerjaan Seribu Tahun atau Kerajaan Daud yang dijanjikan ditunda sehubungandengan penolakan bangsa Yahudi terhadap raja mereka.

Ketiga, menurut kitab Daniel, sebelum memasuki Kerajaan Daud atau Kerajaan Seribu Tahun, bangsa Yahudiakan memasuki satu masa yang disebut masa kesusahanYakub atau masa penganiayaan bangsa Yahudi.

Dinubuatkan dalam kitab Daniel pasal 9:27 bahwa itu adalah suatu kesusahan yang belum pernah terjadi. Jadi, khotbahTuhan Yesus dibukit dalam Matius pasal 5 hingga 7 adalah khotbah mengantisipasi pendengarNya untuk memasuki masa kesusahan selama 7 tahun. Jika sebagian besar bangsa Yahudi mengakuiNya sebagai Mesias yang berarti menerima Dia sebagai Raja, maka Yesus tetap akan disalibkan sesuai dengan nubuatan kitab P.L. dan pengikutNya akan mengalami penganiayaan selama 7 tahun oleh pemerintahan Romawi yang adalah pemerintahan dunia saat itu.

Tetapi kenyataan yang kita dapatkan adalah bahwa bangsa Yahudi menolak Yohanes dan menolak Mesias mereka. Untuk itu Rasul Paulus menjelaskan bahwa karena penolakan bangsa Yahudi, maka anugerah keselamatan dialihkan kepada bangsa non-Yahudi. Namun untuk memahami makna khotbah Tuhan Yesus dibukit yang tercatat dalam Matius 5 hingga 7, seseorang mutlak memahami tentang eschatology Yahudi.

Masa dimana kita sedang di dalamnya tidak terdapat dalam eschatology Yahudi. Bermodalkan back-ground knowledge inilah seseorang akan lebih memahami tentang Doa Bapa Kami.

Doa Bapa Kami adalah sebuah pola yang Tuhan ingin diikuti oleh para muridNya dalam mengantisipasi penganiayaan yang akan mereka alami jika sebagian besar bangsa Yahudi menerimaNya. Ketika doa ini diajarkan, Yesus Kristus belum ditolak oleh bangsa Yahudi. Suasana saat itu ialah suasana mengantisipasi penganiayaan.

Khotbah Di Bukit yang tercatat dalam Injil Matius pasal 5 hingga 7 sesungguhnya adalah pengumuman Tuhan tentang karakter (5:1-16), undang-undang (5:17-48), dan prinsip-prinsip (6:1-7:29) kerajaanNya. Jadi “Doa Bapa Kami” termasuk dalam prinsip-prinsip Kerajaan Seribu Tahun yang Tuhan ajarkan kepada murid-muridNya untuk membekali mereka dalam memasuki masa penganiayaan 7 tahun sebagaimana dinubuatkan Daniel (Dan.9:27).

Keempat, Doa Bapa Kami adalah sebuah bagan doa, bukan doa hafalan seremonial yang harus di hafal dalam kebaktian. Kekristenan tidak memiliki mantra untuk dihafalkan yang jika dilakukan maka akan adakhasiatgaibnya. Ibadah Perjanjian Baru adalah ibadah didalam roh dan kebenaran, yaitu ibadah dengan hati. Pada hari Minggu kita tidak datang menyembah Tuhan di gereja, melainkan datang berjemaat. Kita menyembah Tuhan dengan hati kita, dan tidak terbatasi oleh waktu, tempat bahkan sikap tubuh kita. Pada Minggu pagi kita datang berjemaat, bernyanyi, berdoa, mempelajari kebenaran firman Tuhan, bukan untuk menyembah. Banyak orang Kristen tidak memahami ibadah sejati Perjanjian Baru. (Silakan baca buku Tata Cara Ibadah Yang Alkitabiah penerbit: GRAPHE)

Doa Bapa Kami adalah sebuah bagan doa yang Tuhan ajarkan kepada murid-murid-Nya. Sama sekali bukan untuk dihafalkan dan diucapkan seperti para dukun menghafal mantra, melainkan sebuah bagan yang point-pointnya sangat indah. Tiap-tiap kata, apalagi kalimat, mengandung makna yang sangat dalam. Misalnya, di dalam doa manusia, hal terpenting ialah posisinya dan posisi Sang Pencipta. Apa hubungannya dengan Sang Pencipta? Siapakah, atau dipanggil sebagai apakah Sang Pencipta itu?

Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu
Tuhan Yesus mengajar murid-muridNya memanggil Allah sebagai Bapa. Ia memberikan kepada mereka posisiNya (sonship) dengan mengajar mereka memanggil Bapa. Yudaisme tidak biasa memanggil Allah sebagai Bapa, walaupun berkali-kali para nabi mengungkapkan kerinduan Allah menjadi Bapa mereka. Mereka banyak kali memanggil-Nya Yahweh, atau Elohim. Tetapi Yesus mengajar murid-muridNya memanggil Bapa, suatu hubungan yang sangat intim. Yesus membawa pengajaran baru, bahwa setiap orang yang menyambutNya sebagai Mesias berhak memanggil Allah sebagai Bapa. Pencipta langit dan bumi adalah Bapaku, itulah sebabnya aku menyampaikan isi hatiku kepadaNya.
Dikuduskanlah nama-Mu.
Kekudusan nama Bapa adalah keinginan yang luhur dari seorang anak. Tanggung jawab utama anak ialah menjaga nama baik Bapa. Dalam meminta apapun kepada Bapa, jangan melupakan tanggung jawab untuk menjaga kekudusan namaNya. Bahkan dalam keadaan apapaun, termasuk dalam penganiayaan, dalam kelaparan, nama baik Bapa harus dijaga. Jangan sampai ada yang menyangkal atau mencuri karena semua itu akan menghinakan nama Bapa.

Datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga
Orang yang mengakui Yesus sebagai Mesias adalah orang yang merindukan Kerajaan Sorga. Terlebih lagi jika mereka dalam situasi penganiayaan, maka doa memohon kedatangan Kerajaan Sorga akan semakin dikumandangkan. Khotbah Yohanes Pembaptis adalah “bertobatlah sebab Kerajaan Sorga sudah dekat” (Mat.3:2). Demikian juga thema khotbah Tuhan Yesus, “bertobatlah sebab Kerajaan Sorga sudah dekat” (Mat.4:17).Orang-orang yang percaya kepada Tuhan adalah orang-orang yang penuh harap akan kedatangan Kerajaan Sorga.

Orang benar akan semakin terhimpit dan akan semakin menemui kesulitan terutama ketika orang jahat semakin berkuasa. Kalau orang baik lebih kuat dan berkuasa, damailah bumi, namun sebaliknya jika orang jahat lebih kuat dan bekuasa maka suramlah bumi. Setiap orang kudus di muka bumi pasti akan sangat merindukan kedatangan Kerajaan Sorga yang penuh damai.

Jadilah kehendakmu di bumi seperti di Sorga. Setiap orang yang telah diselamatkan, yang memiliki kepastian masuk Sorga, dan yang sangat merindukan suasana sorgawi, harus sering mengucapkan dan menghayati kata-kata tersebut dalam doa. Ketika Kerajaan Sorga turun, yaitu kehadiran Kerajaan Daud, maka saat itu di bumi akan seperti di Sorga. Pada saat itu Mesias, singa muda dari Yehuda, Putra Daud akan memerintah selama-lamanya.

Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya
Jika mayoritas bangsa Yahudi menerima Yohanes sebagai Elia (Mat.11:14), yang berarti juga menerima Yesus sebagai Mesias, maka Kerajaan Romawi pasti akan memerangi mereka karena dengan meninggikan Mesias mereka akan dinilai memberontak. Pada tahun 70 AD pernah terjadi pemberontakan tetapi bukan dipimpin oleh Mesias. Jenderal Titus dari Roma datang mengepung kota Yerusalem sehingga penduduknya kelaparan berat.

Itulah sebabnya Sang Mesias dalam mengantisipasi pengikutnya yang jika mayoritas YahudimenerimaNya maka mereka akan menghadapi kesusahan berat, berdoa untuk makanan yang dibutuhkan tiap-tiap hari.

Lucu sekali jika hari ini, orang Kristen yang telah memiliki makanan untuk berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun, asal bunyi, menghafalkan doa ini tanpa memahami maknanya. Alangkah bagusnya kalau kata “kami” diganti dengan “orang miskin” atau nama seseorang yang kita tahu ia susah, daripada mengucapkan doa asal bunyi tanpa makna.

Makanan adalah kebutuhan yang paling utama dari kehidupan manusia. Ketika Tuhan mengajarkan bagan doa ini kepada murid-muridNya, Ia sedang mengantisipasi mereka memasuki masa penganiayaan tujuh tahun menjelang kedatangan Kerajaan Sorga ke bumi.

Pada saat itu betul-betul makanan hari lepas hari sangat penting, bukan tabungan di bank. Sekali lagi bagan doa ini tidak dimaksudkan untuk upacara seremoial, melainkan sebuah pola doa. Kapankah dalam doa seseorang ia meminta kebutuhan diriNya?

Tentu setelah ia tahu jelas siapa dia dan siapa Sang Pencipta. Dan tentu setelah ia merindukan kedatangan Kerajaan Sorga dan senantiasa menjaga kekudusan nama Bapa.

ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami
Tuhan Yesus pada Mat.18:21-35 dalam menjawab pertanyaan Petrus tentang berapa kali ia harus mengampuni saudara yang bersalah kepadanya, menceritakan sebuah perumpamaan tentang seseorang yang tidak mau menghapus hutang saudaranya padahal ia telah menerima penghapusan hutangnya dari raja. Ketika raja mendengar tindakan kejamnya terhadap saudaranya maka raja pun marah dan membatalkan pengampunannya.

Bukankah sejak kita bertobat dan percaya kepada Tuhan Yesus semua dosa kita telah diampuni? Benar! Lalu mengapakah kita diajar berdoa memohon ampun? Hal yang perlu diperhatikan pertama ialah bahwa semua dosa kita ditanggung Tuhan Yesus sehingga di hadapan Allah Bapa kita adalah orang-orang kudus.Tetapi kita harusmengerti bahwa setiap kali kita jatuh ke dalam dosa, maka kita bersalah kepada Tuhan Yesus, Pribadi penanggung dosa kita.

Kedua, orang yang mendapat pengampunan Allah sepatutnya akan sangat rela mengampuni orang yang bersalah kepadanya. Orang Kristen lahir baru bisa jatuh ke dalam dosa tetapi tidak memiliki sifat dosa. Membenci, mendendam adalah sifat dosa, bukan jatuh ke dalam dosa. Marah adalah tindakan dosa yang seketika (punctiliar), tetapi membenci atau mendendam bersifat terus menerus (linear). Itulah sebabnya dalam I Yoh.2:9,11, 3:15, 4:20 dikatakan bahwa orang yang membenci saudaranya tidak memiliki Allah. Dan kalau marah jangan sampai matahari terbenam karena itu akan berubah menjadi benci.

Selaras dengan perumpamaan yang dikatakan Tuhan kepada Petrus, Tuhan mengajar muridNya bahwa orang yang masih membenci saudaranya belum memiliki jaminan pengampunan Sang Raja. Atau sesungguhnya ia baru mendengar bahwa hutangnya telah diampuni namun belum memilikinya di dalam hatinya.

Tuhan mau ketika murid-muridNya berdoa terdapat ekspresi perubahan hati. Ketika seseorang dihapuskan hutangnya sebanyak sepuluh miliar, sepatutnya ia tidak menuntut saudaranya yang berhutang kepadanya hanya sepuluh juta karena pengampunan Sang Raja yang amat besar itu telah merubah hatinya. Tuhan mau dalam doa kita terdapat ekspresi sifat hati kita yang telah berubah. Setiap kali seorang murid berdoa, ia harus selalu ingat bahwa ia berbicara kepada Pribadi yang telah mengampuni semua dosanya dan ia harus juga telah mengampuni orang-orang yang bersalah kepadanya.

janganlah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat
Bukankah Yakobus berkata bahwa Allah tidak mencobai dan dicobai? (Yak.1:13). Benar sekali, Allah tidak memiliki keinginan daging, dan juga tidak memiliki ambisi, bahkan tidak memiliki pikiran jahat. Hanya pada pribadi-pribadi yangmemiliki tendensi negatif tersebutlah yang bisa dicobai. Dan Allah juga tidak mencobai karena Allah tidak memiliki keingin menjatuhkan anak-anakNya. Pohon pengetahuan yang baik dan jahat di taman Eden hanya sebuah fasilitas bagimanusia yang diciptakan dengan kebebasan berpikir untuk mengimplementasikan kebebasannya dan membuktikan kesetiaannya. Untuk memahami kalimat tersebut di atas dengan baik, seseorang harus memahami bahwa doa ini untuk mengantisipasi masa kesusahan Yahudi (kepicikan) selama tujuh tahun.Kata “janganlah membawa kami ke dalam pencobaan” bisa diartikan “jangan membiarkan kami dicobai atau dianiaya”. Sebab anak kalimat berikutnya “lepaskanlah kami dari pada yang jahat” memberi penerangan tentang pencobaan yang dimaksudkan pada induk kalimatnya, ialah hal-hal yang jahat yang akan terjadi selama tujuh tahun. Artinya, Allah akan menjatuhkan hukuman atas dunia ini, dan karena hukumanNya termasuk bencana alam dan lain sebagainya, maka sulit bagimuridNya yang tinggal bersama-sama dengan orang jahat untuk dibedakan.

Kata “membawa kami” tidak perlu diartikan dengan tindakan seperti seorangmembawa anaknya untuk disuntik dokter. Sama seperti kata Tuhan “jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku” (Luk.14:26). Ketika ada dua orang menuntut kita mengasihinya lebih dari yang lain, maka ketika kita memilih salah satu maka yang satunya biasanya menilai keputusan itu membencinya. Kata “membawa ke dalam pencobaan” bisa diartikan tidak menghindarkannya dari pencobaan atau membiarkannya dicobai.

Kita tahu bahwa ketika Tuhan menulahi Mesir Ia memang pernah membedakan kelompok Yahudi dari orang Mesir. Tetapi itu sangat tergantung pada jenis malapetakanya. Kalau gempa bumi, mungkin sulit untuk membedakan rumah anak Tuhan dan rumah orang jahat yang kebetulan letaknya bersebelahan. Lagi pula waktu di Mesir orang Yahudi tinggal di tempat yang terpisah dari orang Mesir.

Namun sekali lagi ini adalah bagan doa, dimana kini kita tahu bahwa dunia suatu hari pasti akan dihukum. Bahkan kita tahu Indonesia suatu hari akan (sedang?) dihukum atas dosa diskriminasi, dan dosa perkosaan, pembunuhan yang tidak pernah diusut dan diadili. Adalah tepat jika bagan doa yang Tuhan ajarkan terdapat point memohon agar Tuhan menghindarkan atau melepaskan kita dari cobaan kejahatan. Bahkan Tuhan Yesus berdoa kepada Bapa, kalau bisa cawan penderitaan salib berlalu dariNya. Tetapi tetap kehendak Bapa yang diutamakan. Kita berdoa kiranya Bapa melepaskan kita dari pencobaan, namun jika karena hukuman yang harus dijatuhkan terhadap orang-orang disekitar kita yang efeknya akan merembes ke kita, maka kita meminta Bapa memberi kekuatan kepada kita untukmenanggungnya. Bahkan sekalipun kita tidak akan masuk ke dalam penganiayaan 7 tahun karena kita telah diangkat, namun tetap boleh berdoa agar Tuhanmenghindarkan kita dari yang jahat.

Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.

Kalimat ini pada Critical Text tidak ditemukan oleh sebab itu Lembaga Alkitab Indonesia menempatkannya dalam kurung. Tetapi kalimat ini ada dalam Textus Receptus karena sesungguhnya ada pada naskah asli tulisan Matius. Kalimat doxology ini jelas ada karena terdapat di banyak manuskrip kuno. Dan kalau itu dihilangkan terkesan putus di tengah jalan, atau belum diakhiri. Secara logika kita tahu bahwa dalam pekerjaan penyalinan ulang, lebih besar kecenderungan mengurangi daripada menambahi. Untuk itu seharusnya LAI tidak menaruh tanda kurung pada kalimat tersebut.

Kalimat tersebut di atas merupakan cetusan sikap hati yang menyembah. Dan juga terkandung di dalamnya sikap hati yang pasrah kepada Tuhan setelah menaikan permohonan doa kepadaNya. Pengakuan bahwa Allahlah yang empunya kuasa merupakan pengakuan penyerahan kepada kehendakNya. Biarlah Tuhan yang empunya kuasa yang melaksanakan kehendakNya dengan segenap hikmat dan kuasaNya.

Jangan berdoa dengan sikap memaksa Tuhan. Atau menganggap Tuhan semacam kuasa gaib yang pasif, yang kalau kita memenuhi semua persyaratan yang ditetapkanNya, atau bahkan menyebut barang yang kita minta dengan detail maka akan mendapat. Ada yang berdoa dengan suara membentak-bentak, ada yang berdoa dengan sikap mengklaim Tuhan seperti mengklaim asuransi.

Baiklah kita berdoa dengan sikap hati menyembah, seperti anak berbicara kepada Bapa yang baik, yang penuh kasih. Contohlah pola doa yang Tuhan ajarkan kepada kita. Tentu kita boleh berdoa dengan pola kita sendiri. Tetapi yang sangat perlu diperhatikan ialah sikap hati kita. Berdoalah dengan hati, bukan dengan mulut yang asal bunyi, atau yang dihafalkan dalam prosesi upacara seremonial, karena bukan untuk itu Doa Bapa Kami ini Tuhan ajarkan. Ia mengajarkan sebuah pola doa, yang kalau kita mau berdoa kita bisa mengikuti bagan doa ini.

Dan tentu boleh dengan bebas memakai kata-kata kita sendiri. Amin. Artinya sungguh. Setiap doa harus diucapkan dengan sungguh, bukan dengan asal bunyi atau semacam hafalan.***


Sumber: PEDANG ROH Edisi 43 Tahun X April-Mei-Juni 2005

September 26, 2010

Andy... "Aku punya hadiah untuk-Mu Yesus"

Ada seorang bocah kelas 4 SD di suatu daerah di Milaor Camarine Sur (Filipina) yang setiap hari mengambil rute melintasi daerah tanah berbatuan dan menyeberangi jalan raya yang berbahaya dimana banyak kendaraan yang melaju kencang dan tidak beraturan.

Setiap kali berhasil menyeberangi jalan raya tersebut, bocah ini mampir sebentar ke Gereja setiap pagi hanya untuk menyapa Tuhan. Tindakannya selama ini diamati oleh seorang Pendeta yang merasa terharu menjumpai sikap bocah yang lugu dan beriman tersebut.

"Bagaimana kabarmu Andy? Apakah kamu akan ke sekolah?" "Ya, Bapa Pendeta!" balas Andy dengan senyumnya yang menyentuh hati Pendeta tersebut.

Dia begitu memperhatikan keselamatan Andy sehingga suatu hari dia berkata kepada bocah tersebut, "Jangan menyeberang jalan raya sendirian, setiap kali pulang sekolah kamu boleh mampir ke Gereja dan saya akan menemani kamu ke seberang jalan. Jadi dengan cara tersebut saya bisa memastikan kamu pulang ke rumah dengan selamat."

"Terima kasih, Bapa Pendeta." "Kenapa kamu tidak pulang sekarang? Apakah kamu tinggal di Gereja setelah´pulang sekolah?" "Aku hanya ingin menyapa kepada Tuhan .. sahabatku."

Dan Pendeta itu segera meninggalkan Andy untuk melewatkan waktunya didepan´altar berbicara sendiri, tapi kemudian Pendeta tersebut bersembunyi dibalik altar untuk mendengarkan apa yang dibicarakan Andy kepada Bapa di Surga.


"Engkau tahu Tuhan, ujian matematikaku hari ini sangat buruk, tetapi aku tidak mencontek walaupun temanku melakukannya. Aku makan satu kue dan minum airku. Ayahku mengalami musim paceklik dan yang bisa kumakan hanyalah kue ini. Terima kasih buat kue ini Tuhan! Aku tadi melihat anak kucing malang yang kelaparan dan aku memberikan kueku yang terakhir buatnya. Lucunya, aku nggak begitu lapar. Lihat, ini selopku yang terakhir. Aku mungkin harus berjalan tanpa sepatu minggu depan. Engkau tahu ini sepatu ini akan rusak, tapi tidak apa-apa, paling tidak aku tetap dapat pergi ke sekolah. Orang-orang berbicara bahwa kami akan mengalami musim panen yang susah bulan ini, bahkan beberapa temanku sudah berhenti sekolah. Tolong Bantu mereka supaya bisa sekolah lagi, tolong Tuhan! Oh ya, Engkau tahu Ibu memukulku lagi. Ini memang menyakitkan, tapi aku tahu sakit ini akan hilang, paling tidak aku masih punya seorang Ibu, Tuhan. Engkau mau lihat lukaku? Aku tahu Engkau mampu menyembuhkannya, disini .. disini .. aku rasa Engkau tahu yang ini khan ......?? Tolong jangan marahi Ibuku ya ..??? dia hanya sedang lelah dan kuatir akan kebutuhan makanan dan biaya sekolahku .. Itulah mengapa dia memukul kami. Oh Tuhan. aku rasa aku sedang jatuh cinta saat ini. Ada seorang gadis yang cantik dikelasku, namanya Anita ... menurut Engkau apakah dia akan menyukaiku? Bagaimanapun juga paling tidak aku tahu Engkau tetap menyukaiku karena aku tidak usah menjadi siapapun hanya untuk menyenangkanMu. Engkau adalah sahabatku. Hei .. ulang tahunMu tinggal dua hari lagi, apakah Engkau gembira? Tunggu saja sampai Engkau lihat, aku punya hadiah untukMu tapi ini kejutan bagiMu. Aku berharap Engkau akan menyukainya. Ooops aku harus pergi sekarang."

Kemudian Andy segera berdiri dan memanggil Pendeta itu, "Bapa Pendeta....Bapa Pendeta..aku sudah selesai bicara dengan sahabatku, anda bisa menemaniku menyeberang jalan sekarang!"

Kegiatan tersebut berlangsung setiap hari, Andy tidak pernah absen sekalipun. Pendeta Agaton berbagi cerita ini kepada jemaat di Gerejanya setiap hari Minggu karena dia belum pernah melihat suatu iman dan kepercayaan yang murni kepada Tuhan .. suatu pandangan positif dalam situasi yang negatif.

Pada hari Natal, Pendeta Agaton jatuh sakit sehingga dia tidak bisa memimpin gereja dan dirawat di rumah sakit. Gereja diserahkan pengelolaannya kepada 4 wanita tua yang tidak pernah tersenyum dan selalu menyalahkan segala sesuatu yang orang lain perbuat. Mereka juga sering mengutuki orang yang menyinggung mereka.

Mereka sedang berlutut, ketika Andy tiba dari pesta natal di sekolahnya, dan menyapa "Halo Tuhan..Aku ...'


"Kurang ajar kamu bocah! Tidakkah kamu lihat kami sedang berdoa??!!! Keluar.!!!"
Andy begitu terkejut, "Dimana Bapa Pendeta Agaton? Dia seharusnya membantuku menyeberangi jalan raya. Dia selalu menyuruhku mampir lewat pintu belakang Gereja. Tidak hanya itu, aku juga harus menyapa Tuhan Yesus ini hari ulang tahunNya, aku punya hadiah untukNya ...."

Ketika Andy mau mengambil hadiah tersebut dari dalam bajunya, seorang dari keempat wanita itu menarik kerahnya dan mendorongnya keluar Gereja. Sambil membuat tanda salib ia berkata "Keluarlah bocah ..kamu akan mendapatkannya !!!"

Oleh karena itu Andy tidak punya pilihan lain kecuali sendirian menyeberangi jalan raya yang berbahaya tersebut didepan Gereja. Dia mulai menyeberang ketika tiba-tiba sebuah bus datang melaju dengan kencang disitu ada tikungan yang tidak terlihat pandangan. Andy melindungi hadiah tersebut didalam saku bajunya, sehingga dia tidak melihat datangnya bus tersebut. Waktunya hanya sedikit untuk menghindar dan Andy tewas seketika. Orang-orang disekitarnya berlarian dan mengelilingi tubuh bocah malang tersebut yang sudah tak bernyawa.

Tiba-tiba, entah muncul darimana ada seorang pria berjubah putih dengan wajah yang halus dan lembut namun penuh dengan air mata datang dan memeluk tubuh bocah malang tersebut. Dia menangis.

Orang-orang penasaran dengan dirinya dan bertanya, "Maaf Tuan.apakah anda keluarga bocah malang ini? Apakah anda mengenalnya ?"

Pria tersebut dengan hati yang berduka karena penderitaan yang begitu dalam segera berdiri dan berkata, "Dia adalah sahabatku." Hanya itulah yang dia katakan. Dia mengambil bungkusan hadiah dari dalam baju bocah malang tersebut dan menaruhnya didadanya. Dia lalu berdiri dan membawa pergi tubuh bocah malang tersebut dan keduanya kemudian menghilang. Kerumunan orang tersebut semakin penasaran... Di malam Natal, Pendeta Agaton menerima berita yang sungguh mengejutkan. Dia berkunjung ke rumah Andy untuk memastikan pria misterius berjubah putih tersebut. Pendeta itu bertemu dan bercakap-cakap dengan kedua orang tua Andy.

"Bagaimana anda mengetahui putera anda meninggal?" "Seorang pria berjubah putih yang membawanya kemari." ucap ibu Andy terisak. "Apa katanya ?" Ayah Andy berkata ,"Dia tidak mengucapkan sepatah katapun. Dia sangat berduka. Kami tidak mengenalnya namun dia terlihat sangat kesepian atas meninggalnya Andy sepertinya Dia begitu mengenal Andy dengan baik. Tapi ada suatu kedamaian yang sulit untuk dijelaskan mengenai Dirinya. Dia menyerahkan anak kami dan tersenyum lembut. Dia menyibakkan rambut Andy darinya dan memberikan kecupan di keningnya kemudian Dia membisikkan sesuatu.

"Apa yang dia katakan?" "Dia berkata kepada puteraku.." Ujar sang Ayah "Terima kasih buat kadonya. Aku akan segera berjumpa denganmu. Engkau akan bersamaku."

Dan sang Ayah melanjutkan, "Anda tahu kemudian. semuanya itu terasa begitu indah.. aku menangis tetapi tidak tahu mengapa bisa demikian. Yang aku tahu aku menangis karena bahagia. Aku tidak dapat menjelaskannya Bapa Pendeta, tetapi ketika Dia meninggalkan kami ada suatu kedamaian yang memenuhi hati kami, aku merasakan kasihnya yang begitu dalam di hatiku. Aku tidak dapat melukiskan sukacita didalam hatiku. Aku tahu puteraku sudah berada di Surga sekarang. Tapi tolong katakan padaku, Bapa Pendeta. Siapakah Pria ini yang selalu bicara dengan puteraku setiap hari di Gerejamu? Anda seharusnya mengetahui karena anda selalu berada disana setiap hari, kecuali pada waktu puteraku meninggal."

Pendeta Agaton tiba-tiba merasa air matanya menetes dipipinya, dengan lutut gemetar dia berbisik, "Dia tidak berbicara dengan siapa-siapa. kecuali dengan Tuhan."



Sumber : jawaban.com

Waspadalah Terhadap Kristus Palsu

Tuhan Yesus dan Rasul-rasul memperingatkan akan kristus-kristus palsu. Tuhan Yesus bernubuat bahwa pada akhir zaman akan muncul banyak sekali kristus palsu. “Sebab Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan tanda-tanda yang dahsyat dan mujizat-mujizat, sehingga sekiranya mungkin, mereka menyesatkan orang-orang pilihan juga….Jadi, apabila orang berkata kepadamu: Lihat, Ia ada di padang gurun, janganlah kamu pergi ke situ; atau: Lihat, Ia ada di dalam bilik, janganlah kamu percaya” (Mat. 24:24, 26). Kita melihat penggenapan nubuat yang menakjubkan ini dalam banyak kejadian. Ada kristusnya Katolik yang didominasi oleh ibunya, kristusnya Mormon yang adalah saudara Setan, kristusnya Saksi Yehovah yang adalah makhluk roh yang diciptakan, kristusnya Da Vinci Code yang menikah dengan Maria Magdalena, kristus revolusioner milik theologi pembebasan, kristus liberal milik kelompok Jesus Seminar, kristus mitologis yang hanyalah mitos kafir seperti Mithras, kristus yang kontemplatif dan asketik (petapa yang menyiksa diri) milik biara-biara, kristus homoseksual dalam drama Corpus Christie, kristus yang hippie dalam film Jesus Christ Superstar, kristus avatar milik Madame Blavatsky, kristus yang adalah guru timur dalam Injil Aquarian, kristus yang hanyalah nabi besar dalam Islam, kristus yang tidak menghakimi dalam The Shack.

Kristus yang sejati dinyatakan dalam Kitab Suci, yang dibuktikan dengan “banyak tanda,” dan Dia juga dapat dikenal dan dibuktikan secara pribadi. Rasul Yohanes menulis, “Barangsiapa percaya kepada Anak Allah, ia mempunyai kesaksian itu di dalam dirinya; barangsiapa tidak percaya kepada Allah, ia membuat Dia menjadi pendusta, karena ia tidak percaya akan kesaksian yang diberikan Allah tentang Anak-Nya” (1 Yoh. 5:10)



Sumber: http://graphe-ministry.org/
(Berita Mingguan GITS 26 Juni 2010, diterjemahkan dari www.wayoflife.org)

Sabat Taurat & Injil Yesus

















“Dalam Perjanjian Lama diajarkan ritual Sabat Taurat, yaitu perhentian pada hari ketujuh (Sabtu) dari semua pekerjaan. Namun, adat-istiadat Yahudi lama kelamaan tidak lagi mengerti hakekat Sabat yang memberi kelegaan/pembebasan/perhentian itu, tetapikemudian menjadi syariat taurat yang memberatkan umat. Yesus datang menjadi Tuhan atas Sabat Taurat dan untuk menggenapkan hari kelegaan/perhentian yang sebenarnya.”


SABAT TAURAT PERJANJIAN LAMA

Sejak PL, Sabat sebagai hukum keempat (Kel. 20:11) terus dijalankan secara ketat oleh orang Yahudi, bukan sekedar sebagai peringatan tentang hari tertentu dimana seseorang mengalami istirahat/perhentian setelah seminggu bekerja, namun dalam ibadat kemudian hal ini membeku menjadi ritual syariat yang mengkramatkan hari sabtu yang membatasi dan membebani kehidupan manusia. Demi Sabat orang tidak boleh berjalan jauh sekalipun itu untuk tugas mulia, dan demi Sabat seseorang diharamkan menolong ternaknya yang terperosok di jurang kalau jaraknya melebihi syariat Taurat yang sudah digariskan. Pokoknya Sabat berbeda dari maksud diadakannya semula sebagai hari perhentian yang membebaskan, tetapi kemudian berubah menjadi hari yang membelenggu umat.


SABAT TAURAT & INJIL YESUS
Sejak Yesus melayani, Ia masih mengikuti hari-hari raya Yahudi dan beribadah di hari Sabat (Luk.4:16,31), tetapi kemudian kita melihat bahwa itu dilakukan bukan sebagai pengikut ritual taurat dan tradisi yahudi tetapi karena itu adalah hari dimana Ia bisa bertemu umat yang berkumpul di rumah ibadat, dan disanalah Yesus mendapat kesempatan bersaksi bahwa Ia adalah ‘Tuhan atas hari Sabat’ (Mat.12:8) dan menyatakan diri-Nya sebagai ‘Diurapi oleh Roh Tuhan’ untuk mendatangkan misi menyampaikan ‘Tahun Rahmat Tuhan’ (Luk.4:18-19).

Bahwa Yesus tidak menjalankan syariat Sabat Taurat seperti kebiasaan Yahudi dapat diketahui dari kenyataan bahwa Ia selalu disalahkan oleh orang Farisi karena dianggap ‘melanggar sabat.’ Yesus mengkritik orang Farisi yang mengerti Sabat sebagai kuk yang mengikat umat, dan menyatakan diri sebagai perhentian bagi umat. Yesus tidak pernah mengajar agar kita menjalankan perintah Sabat melainkan membawa umat pada pengertian Sabat sebenarnya kepada diri-Nya yang membawa kelegaan/perhentian kepada umat (Mat.11:28, menggunakan akar kata ‘pauo’ yang sama untuk perhentian dalam Ibr.8:3). Setelah bangkit, Yesus tidak pernah hadir di Bait Allah / Sinagog pada ibadat Sabat. Ia pun bangkit tidak pada hari Sabat melainkan hari ‘pertama dalam minggu’ (Yoh.20:1), dan menjumpai para murid yang berkumpul pada ‘hari pertama dalam minggu’ (Yoh.20:19) dan seminggu berikutnya (Yoh.20:26), dalam perjumpaan setelah kebangkitan itu Yesus dipanggil ‘Tuhan’ (Yoh.20:18,20,25,28). Yesus sudah menjadi Tuhan yang membebaskan umat dari kutuk Taurat dengan tidak merombaknya/menggantinya melainkan menggenapinya.

Selanjutnya pandangan Yesus mengenai hari Sabat berubah kepada arti Sabat yang sebenarnya, Ia menjelaskan bahwa Daud melanggar syariat Sabat lahiriah demi Sabat Rohani dan sosial yaitu pembebasan kehidupan riel kepada para pengikutnya (Luk.6:4-5). Bahkan Yesus sering menyembuhkan orang dihari Sabat yang oleh orang Farisi dianggap melanggar Sabat, suatu yang mereka anggap sebagai dipersalahkan dalam ibadat hukum Taurat (Luk 6:6-11;13:14). Dalam konteks ini Yesus berkata kepada mereka yang menentangnya bahwa:

“Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk Sabat, jadi Anak Manusia adalah juga Tuhan atas hari Sabat.” (Markus 2:27-28).

Ada juga yang menyalah-tafsirkan ayat itu seakan-akan Yesus menunjukkan perintah untuk memelihara Sabat, padahal konteks ayat itu menjelaskan hal sebaliknya, yaitu membantah pengertian orang Farisi mengenai bagaimana memelihara Sabat! Inti Sabat PL sebenarnya adalah satu hari yang mendatangkan damai sejahtera dan kelegaan kepada manusia setelah seseorang mengalami beban pekerjaan fisik selama 6 hari lamanya. Yesus mengatakan kepada mereka yang lelah dan menanggung beratnya kehidupan kerja disekelilingnya:

“marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.” (Matius 11:28).

Kata ‘kelegaan’ adalah terjemahan kata Yunani ‘katapausis’ yang sebenarnya merupakan terjemahan kata Ibrani ‘Sabat’ (Kel. 20:11) seperti yang bisa dijumpai dalam Septuaginta (terjemahan Yunani dari Tanakh Ibrani).

Sikap Yesus terhadap hari Sabat secara konsekwen dinyatakan dengan kebangkitannya bukan pada hari Sabat hari ketujuh tetapi ‘pada hari pertama dalam minggu’ (Mat.28:1) sebagai pengejawantahan arti sabat yang sebenarnya. Ini menarik karena kemenangannya atas maut dan ke’tuhan’annya tidak dinyatakan pada hari ‘Sabat Sabtu’ tetapi pada ‘hari Minggu’ karena Ia telah menjadi dan mendatangkan Sabat Yobel bagi manusia. Kita mengetahui bahwa dalam tradisi Israel, setelah 7 kali 7 tahun (= 49 tahun), maka tahun ke-50 akan menjadi tahun Jobel dimana terjadi pembebasan total bagi mereka yang menjadi budak atau mengalami pendudukan. Dalam hitungan hari, setelah 7 kali 7 hari (= 49 hari), hari pentakosta (= hari ke-50) biasanya dirayakan juga (Im.23:15-21; Ul.16:9-11). Hari ke-50 adalah hari Minggu, satu hari setelah sabtu sabat ke-7.

Pada hari kebangkitan-Nya itu, Yesus mendatangi para murid yang berkumpul dan menghadirkan “damai sejahtera dan sukacita” (Yoh.20:19-23). Setelah ‘bangkit pada hari minggu’ Yesus menyatakan diri pada para murid pada ‘hari minggu’ berikutnya dimana mereka berkumpul mengenang kebangkitan Yesus untuk makan roti dan doa (band. Kis.20:7). Demikian juga pada hari minggu mengenang kebangkitan-Nya Ia mengaruniakan ‘Roh Kudus’ kepada murid-murid-Nya (Yoh.20:22).Seminggu berikutnya ketika para murid kembali berkumpul, para murid mengatakan kepada Thomas bahwa: “kami melihat Tuhan” dan ketika Thomas sendiri melihatnya keluarlah pengakuan “Ya Tuhanku dan Allahku” (Yoh.20:24-29), pengakuan jemaat awal yang menegaskan bahwa ‘Yesus adalah Tuhan’ yang identik dengan pengakuan kepada Yahweh sendiri (Mzm.35:23-24). Dari sinilah timbul istilah ‘Hari Tuhan’ (kuriake Hemera) yang digunakan Yohanes untuk menyebut hari pertama dalam minggu dimana Yesus menyatakan diri sepenuhnya sebagai ‘Tuhan’.

HARI TUHAN DALAM KITAB WAHYU

Rasul Yohanes melihat penglihatan pada ‘hari Tuhan’ (kuriake hemera, Why.1:10) dan ‘hari Tuhan’ juga akan menunjukkan hari kedatangan-Nya yang keduakali kelak untuk menghakimi manusia (Kis.2:20; 2 Ptr.3:10). Istilah ‘hari Tuhan’ dalam PB tidak ditujukan kepada Yahweh melainkan kepada Tuhan Yesus. Jadi, dalam Injil jelas terlihat bahwa Sabat sebagai salah satu hari ritual telah digantikan oleh pribadi Yesus sendiri yang menjadi Tuhan atas Sabat dan mendatangkan sabat bagi manusia yang beriman. Tetapi, mengapa Yohanes dalam Injil tidak pernah menggunakan istilah ‘Hari Tuhan’ selain ‘Hari Pertama’?

Kalau Yohanes menggunakan istilah ‘hari pertama’ dalam Injilnya, itu wajar karena itulah nama hari pertama dalam bahasa Yunani waktu ia menulis Injilnya. Yunani kuno menggunakan nama-nama planet/dewa yaitu hemera ‘Heliou – Selenes – Areos – Hermou – Dios – Aphrodites – Kronou.’ Kemudian pada waktu Tanakh (Ibrani) diterjemahkan ke bahasa Yunani dalam Septuaginta (LXX) pada abad III-II BC, maka nama hari-hari di kalangan Yahudi diterjemahkan menjadi hemera ‘Prote – Deutera – Trite – Tetare – Pempte – Paraskevi – Sabbato.’ Kemudian ketika kekristenan melanda Asia Kecil nama hari-hari LXX inilah yang seterusnya digunakan menggantikan nama hari-hari Yunani kuno. Dalam LXX, hari pertama juga disebut ‘tees epaurion tou sabbaton’ (hari sesudah Sabbat, Im.23:15).

Sejak tulisan Yohanes (Why.1:10) itulah kemudian penanggalan Yunani (yang sementara itu mulai terpengaruh kristenisasi) mengganti nama ‘hari pertama’ menjadi ‘kuriake hemera’ dan bukan sebaliknya, ini diikuti dalam tulisan bapa-bapa gereja. Sejak awal kekristenan, ‘kuriake’ (Tuhan) menjadi nama Yunani menggantikan hari ‘pertama’ sampai sekarang, sebutan ‘Hari Tuhan’ kemudian diikuti bahasa lain seperti ‘dominica’ (Latin gereja), ‘domenica’ (Italia), ‘domingo’ (Spanyol/Portugis), yang terakhir ini diindonesiakan menjadi ‘minggu.’

Namun, bukankah ada banyak ayat tentang "hari Tuhan" dalam Perjanjian Lama dan khususnya Perjanjian Baru (Kis.2:20; 1Kor.1:8; 1Kor.5:5; 2Kor.1:13-14; Fil.1:6,10; 2Pet.3:10,12) yang bukan berarti hari pertama dalam minggu, namun adalah ‘hari penghakiman Tuhan terakhir?’ Mengenai penafsiran bahwa ‘hari Tuhan’ itu sebagai ‘hari penghakiman Tuhan terakhir,’ konteks Wahyu 1:10 menunjukkan bahwa hari dimana Yohanes menerima wahyu itu disebut ‘kuriake hemera’ (sebutan itu diucapkan pada hari Yohanes dipulau Patmos melihat penglihatan, Yoh.1:9,10). Dalam LXX ‘Hari Tuhan’ diterjemahkan ‘he hemera Kuriou’ (Yoel 1:15) dan biasanya dalam konteks Perjanjian Baru (Koine) dalam ayat-ayat yang disebutkan diatas ‘hari Tuhan’ ditulis juga ‘hemera tou Kurion.’ Dalam Fil.1:6,10’ disebut ‘hemera tou (Iesous) Kristou.’ Why.1:10 menunjukkan dengan tegas pengakuan baru ‘Hari Tuhan’ sebagai ‘Kuriake Hemera.’

Tetapi, bukankah dalam Why 1:10 Yohanes menyatakan bahwa penglihatan Apokalips datang kepadanya saat ia dikuasai oleh Roh ‘pada hari Tuhan’, inilah sebutan pertama dalam kesusastraan Kristen tentang hari Tuhan yang terdapat hanya 1 kali dalam Alkitab. Dan bukankah susunannya yg bersifat kata keterangan menujukkan bahwa hari itu merapakan penetapan resmi gereja. Dalam arti demikianlah ketetapan ini muncul pada permulaan abad 2 (Ignatius, Epistle to the Magnesians)?

Hari Tuhan bukanlah penetapan gereja, sebab sudah ditulis oleh Yohanes pada akhir abad I sedangkan institusi gereja sebagai organisasi kepausan dimulai dari uskup Roma baru muncul pada abad III dimana mulai dikeluarkan peraturan-peraturan atas nama gereja. Kaisar Konstantin lah yang menjadi kristen yang kemudian mengeluarkan edik yang menjadikan ‘Hari Minggu sebagai hari istirahat resmi’ (AD 321) karena sudah meluas digunakan sebagai hari pertemuan umat Kristen sejak abad pertama.

Mengenai tulisan Ignatius (AD 110), kita mengetahui dari sejarah bahwa ia menggunakan istilah ‘kuriake’ dalam suratnya kepada orang Magnesia yang menunjukkan perubahan dari menjalankan Sabbat menjadi bertemu di hari Minggu. Ignatius menulis “Mereka yang dahulu berjalan dalam praktek masalalu memperoleh pengharapan baru, tidak lagi menjalankan Sabbath, melainkan hidup sesuai hidup Tuhan.” (kata kuriaken zoen zontes), namun terjemahan latin pada abad pertengahan menerjemahkannya menjadi “…, tidak lagi menjalankan Sabbath, melainkan hidup sesuai Hari Tuhan’ (kata kuriaken zontes). Bahwa Ignatius menyebut ‘Hari Tuhan’ diperkuat dengan Tulisan Pseudo Ignatius tentang ‘Surat kepada orang Magnesia’ (tengah abad III) yang berbunyi: “Karena itu marilah kita tidak menjalankan Sabbath sesuai cara Yahudi, … Tetapi biarlah kamu semua menjalankan Sabbath secara spiritual, … Dan setelah menjalankan Sabbath, biarlah semua teman Kristus menjalankan ‘Hari Tuhan’ sebagai perayaan hari kebangkitan, ratu dan kepala semua hari dalam seminggu.” Kitab-kitab ekstra-biblikal yang ditulis setelah penulisan Injil di abad pertama seperti ‘Injil Petrus’ (35,59, AD 150) juga menyebut “’kuriake sebagai nama hari pertama dalam minggu, hari Yesus bangkit.” ‘Dionysius’ uskup Korintus menulis kepada gereja Roma (AD 170) “Hari ini kita menjalankan Hari Suci Tuhan (kuriake hagia hemera).” Pada tengah kedua abad II, ‘Kisah Petrus’ menunjukkan bahwa ‘Dies Domini’ (Latin: Hari Tuhan) sebagai ‘Hari sesudah Sabbath.’

Ada juga yang mempertanyakan, kalau Sabat sudah ditanggalkan dalam PB, mengapa dalam Ibr.4:9 masih dikatakan bahwa masih tersedia satu hari perhentian bagi umat? Mengapa, jawabannya ada dalam kitab Ibrani sendiri bila kita mau mengertinya dalam konteks maksud kitab Ibrani.

Kitab Ibrani sesuai judulnya ditujukan kepada umat Ibrani (Yahudi) yang masih berkutat dengan kuk Taurat yang mengikat mereka dengan hukum-hukum agama yang kaku). Kitab ini membandingkan Musa dengan hukum-hukumnya dengan para imam dan imam besar yang menjalankan ritual agama (Perjanjian Lama), dengan anugerah Kristus (Perjanjian Baru) yang lebih tinggi dimana Yesus telah menggenapi Taurat dan menjadi Imam Besar sesungguhnya di surga (Ibr.4:14). Hukum-hukum Musa hanyalah persiapan untuk mengantar umat mengenal Tuhan Yesus sebagai penggenap Taurat (Ibr.3:5). Surat Ibrani menunjukkan kelemahan umat yang sekalipun rajin melakukan ritual Taurat (termasuk Sabat) sejak di padang gurun, namun mengeraskan hati, mencobai Allah, sesat, jahat, tidak percaya, dan tidak taat (Ibr.3:7-19) dan sekalipun mereka rajin menjalankan ritual Sabat mereka takkan masuk ke tempat perhentian Allah (Ibr.3:11;4:3). Konteks Ibr.4 bercerita mengenai mereka yang merasa telah menjalankan ‘hari ketujuh’ sejak masa Yosua tetapi takkan merasakan perhentian Allah, karena itu disediakan ‘hari lain perhentian,’ yaitu saat Yesus datang membawa perhentian sebenarnya. Kitab Ibrani juga menyebutkan bahwa:

“Di dalam hukum Taurat hanya terdapat bayangan saja dari keselamatan yang akan datang, dan bukan hakekat dari keselamatan itu sendiri. Karena itu dengan korban yang sama, yang setiap tahun terus-menerus dipersembahkan, hukum Taurat tidak mungkin menyempurnakan mereka yang datang mengambil bagian di dalamnya.” (Ibr.10:1)

SABAT PADA MASA PARA RASUL

Setelah Yesus naik ke sorga, Roh Kudus dicurahkan kepada umat manusia pada ‘hari Minggu’ yaitu pada hari ‘Pentakosta’ (hari ke-50 setelah Sabat Paskah, Kis.2). Hari Pentakosta dianggap sebagai kelahiran gereja Kristen. Gereja Kristen lahir pada hari Minggu, hari mengenang kebangkitan Yesus yang menandakan kemenangannya atas dosa dan maut. Semua ini menunjukkan bahwa Tuhan Yesus Kristus memang menghendaki kita menjadikan ‘hari Minggu’ sebagai ‘hari Tuhan’ dimana kita mengenang Sabat, bukan dalam pengertian Sabat Yahudi yang berupa ritual yang memberatkan umat, namun dalam pengertian ‘Tahun Rahmat Tuhan’, Sabat Akbar (Yobel) yang dikenang sebagai membebaskan umat manusia dari segala penderitaan mereka.

Perlu disadari bahwa hari Minggu bukanlah hari Sabat dalam pengertian ritual tradisi Yahudi, dan sekalipun para murid kemudian masih menghadiri perayaan hari Sabat di Bait Allah / Sinagoga, mereka melihat Sabat sebagai menunjuk Yesus yang menjadi Sabat bagi manusia. Kemudian, para murid berangsur-angsur meninggalkan pertemuan Sabat di rumah ibadat Yahudi dan berkumpul memecahkan roti di hari minggu di rumah-rumah mereka (Kis.2:42;20:7; 1Kor.16:2). Persekutuan demikianlah yang kemudian menjadi hari persekutuan rutin bagi para murid Yesus sebagai hari kenangan mingguan hari kebangkitan Yesus, kebiasaan mana dilakukan sedini hari kebangkitan Yesus (Yoh.20:1,19) dan Pentakosta (Kis.2).

Ada yang menuduh bahwa umat kristen menyembah dewa matahari karena mengubah Sabat menjadi Minggu, hari dewa Matahari (dies solis), benarkah demikian? Dalam astrologi kuno, hari-hari dalam seminggu dikaitkan dengan nama-nama 7 planet dalam tatasurya yaitu dimulai dengan Matahari, Bulan, Mars,Mercury, Jupiter, Venus, dan Saturnus. Dalam mitologi kuno semuanya dikaitkan sebagai dewa, karena itu kalau kita menyebut hari-pertama sebagai hari Dewa Matahari (Dewa Langit/cahaya) maka hari-ketujuh juga bisa disebut hari Dewa Saturnus (Dewa Pengairan/Pertanian). Banyak yang kemudian hanya menggunakan nama dewa planet yang menunjukkan kekuatan alam yaitu hari pertama: Sunday (dies solis), kedua: Mo[o]nday (dies Lunae), dan ketujuh: Satur[n]day (dies Saturni), sedangkan nama-nama hari lainnya kemudian dikaitkan dengan nama dewa-dewi lain. Jadi sebutan bahwa orang kristen menyembah dewa matahari dan dianggap menjadikan hari matahari sebagai ‘Hari Tuhan’ (Lord’s Day) tidak berdasar, sebab orang Kristen yang semula mengikuti tradisi Yahudi dengan berkumpul pada hari Sabat kemudian melepaskan diri dari tradisi Yahudi dan menjadikan kenangan ‘hari pertama dalam minggu’ dimana Yesus bangkit sebagai saat berkumpul mingguan untuk mengenang ‘Yesus yang telah bangkit sebagai Tuhan.’ Orang Yahudi menyebut urutan hari dengan Yom Rishom (hari ke-1), Yom Sheyni (hari ke-2), Yom Slishi (hari ke-3), Yom Revi’i (hari ke-4), Yom Khamishi (hari ke-5), Yom Shishi (hari ke-6), dan Shabbat (hari istirahat). Tentu tidak bisa disebut bahwa orang Yahudi mengkuduskan Dewa Saturnus hanya karena mengkuduskan hari ketujuh bukan?

SABAT PADA MASA GEREJA

Semula para murid Yesus yang berasal dari bangsa Yahudi, sekalipun mulai terbiasa berkumpul di hari minggu, masih melakukan pertemuan di hari Sabat sebagai bagian tradisi sosial-budaya Yahudi dan tidak memisahkan diri dari persekutuan dengan bangsa Yahudi, namun karena Sabat adalah khas terkait dengan perjanjian kepada Musa yang berkaitan dengan bangsa Israel yang keluar dari Mesir dan tidak ada dalam perjanjian kepada Nuh untuk umat manusia, maka karena Sabat ditujukan kepada umat Israel sebagai bagian ritual Taurat, umat Kristen yang berasal dari orang asing umumnya tidak ikut beribadat di hari Sabat, apalagi di rumah ibadat Yahudi (sinagoge).

Karena perkembangan kekristenan yang cukup pesat dan dianggap menjadi duri dalam agama Yahudi, kemudian ada peraturan yang dikeluarkan pimpinan agama Yahudi tentang ‘Birkat Ha-Minim’ (doa melawan penyesat), yang melarang semua pengikut Kristus berada di Bait Allah / Sinagoge pada hari Sabat, peraturan ini menyebabkan umat Kristen yang orang Yahudi kemudian hanya berkumpul di rumah-rumah di hari minggu karena mereka sekarang dilarang menghadiri pertemuan Sabat di hari sabtu di Sinagoge.

Perlu diingat kembali, benar bahwa dalam hidupnya Yesus sering menghadiri pertemuan di hari Sabat namun itu bukan untuk merayakan hari Sabat sesuai tradisi Yahudi (sehingga Ia disalahkan oleh orang Farisi sebagai melanggar Sabat) melainkan karena disitulah Ia bisa bertemu umat yahudi yang berkumpul dimana Ia bisa bersaksi tentang firman Tuhan terutama untuk menyatakan bahwa Ia adalah Tuhan sendiri penggenap Sabat Yobel (Luk.4:18-19), karena kalau Ia masuk ke sinagoga dihari lain tentu tidak ada yang berkumpul, tetapi setelah kebangkitan-Nya dari antara orang mati ketika para pengikut-Nya makin banyak, Ia tidak berkumpul di hari Sabat menemui umat agama Yahudi melainkan menjumpai murid-murid-Nya pada hari minggu dan menyatakan diri-Nya sebagai Tuhan yang Bangkit kepada mereka:

“Ketika hari sudah malam pada hari pertama minggu itu berkumpullah murid-murid Yesus di suatu tempat dengan pintu-pintu yang terkunci karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi. Pada waktu itu datanglah Yesus dan berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: "Damai sejahtera bagi kamu!" Dan sesudah berkata demikian, Ia menunjukkan tangan-Nya dan lambung-Nya kepada mereka. Murid-murid itu bersukacita ketika mereka melihat Tuhan. … Tomas menjawab Dia: "Ya Tuhanku dan Allahku!".” (Yohanes 20:19-20,28)

Kematian dan kebangkitan Yesus telah menggenapi pembebasan umat manusia dari dosa sehingga umat kristen tidak lagi perlu menambahinya dengan usaha baik manusia termasuk menjalankan ritual Sabat. Demikian juga ketika Rasul Paulus melayani di luar Israel, ia menemui orang-orang Yahudi di sinagoge pada hari Sabat tetapi bukan untuk merayakan Sabat tetapi untuk berkomunikasi sambil menyatakan kuasa Allah (Kis.16:13-18), dan ia menemui umat kristen di hari minggu dan mengingatkan jemaat di Galatia agar tidak lagi menekankan upacara hari-hari raya Yahudi melainkan mengenal Allah yang benar yang telah membebaskan umat-Nya dari perhambaan Taurat Yahudi (Gal.4:1-11, terutama ayat.10-11).

“Kamu tahu, bahwa tidak seorang pun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus. Sebab itu kami pun telah percaya kepada Kristus Yesus, supaya kami dibenarkan oleh karena iman dalam Kristus dan bukan oleh karena melakukan hukum Taurat. Sebab: "tidak ada seorang pun yang dibenarkan" oleh karena melakukan hukum Taurat.” (Galatia 2:16).

Dalam suratnya kepada jemaat di Kolose, Rasul Paulus juga menulis:

“Karena itu janganlah kamu biarkan orang menghukum kamu mengenai makanan dan minuman atau mengenai hari raya, bulan baru ataupun hari Sabat; semuanya ini hanyalah bayangan dari apa yang harus datang, sedang wujudnya ialah Kristus.” (Kolose 2:16-17)

Bapa-Bapa gereja sesudah rasul Yohanes meninggal (akhir abad pertama) juga menguatkan bahwa perkumpulan di hari minggu sudah dipraktekkan secara luas di kalangan Kristen. Kita sudah melihat bahwa umat Kristen menyebut hari minggu sebagai ‘hari Tuhan’ (kuriake hemera, Why.1:10), sebagai hari ‘Tuhan Yesus’, yang bangkit pada hari pertama dalam minggu.

Dalam Didache 14 (kitab pengajaran Ke-12 Rasul dari AD 70-120) menyebut “mereka berkumpul memecahkan roti pada Hari Tuhan (kuriaken).” ‘Epistle to Barnabas (xv, AD 100)’ menyebut “Kami menjalankan hari kedelapan dengan sukacita dihari Yesus bangkit dari orang mati.” Ignatius (115 M, Epistle to the Magnesian) mengatakan:

“Jangan kita memelihara lagi hari Sabat, melainkan merayakan Hari Yesus Kristus, pada hari mana hidup kita bangkit dari kematian oleh Dia.”

Justinus Martir (145 M) menyebut hari minggu sebagai “Hari ibadat untuk Tuhan” dan mengatakan:

“pada hari pertama itu dengan mengubah gelap menjadi terang Tuhan menjadikan dunia, dan karena Yesus Kristus, Juru-selamat kita, pada hari itupun, yaitu hari pertama dalam pekan, bangkit dari mati dan menampakkan diri kepada murid-murid-Nya.”

Tertulianus (AD 180) menyebut “hari Yesus Bangkit sebagai hari perhentian,” dan bahwa:

“hari Tuhan, yaitu hari kebangkitannya, kita bukan hanya meninggalkan kebiasaan berlutut, tetapi juga menanggalkan segala kesusahan dan segala yang menindas kita serta bangkit bekerja.”

Melito, uskup Sardis (190 M) menulis thesisnya berjudul ‘Hari Tuhan’ yang maksudnya ‘hari Minggu.’ Sedangkan bapa gereja lainnya, yaitu Clemens dari Alexandria (220 M) mengatakan bahwa:

“hari pertama dari tiap-tiap pekan telah menjadi hari perhentian, karena kebangkitan (Tuhan Yesus) dari kematian.”

Sedangkan Cyprianus (AD 200), Victorinus (280) dan Eusebius Caesaria (328 AD) sepikir dengan penulis-penulis sebelumnya bahwa “Kebangkitan Yesus menandai ciptaan yang baru, dan menjadikan hari kebangkitan seperti hari pertama penciptaan.”

Dari data-data di atas kita dapat melihat bahwa kebiasaan berkumpul pada hari Minggu oleh umat Kristen di rumah-rumah menggantikan berkumpul di hari Sabat Sabtu Yahudi di rumah ibadat, disamping jemaat di Israel sejak hari kebangkitan Tuhan Yesus dan Kisah Para Rasul, ternyata sudah menjadi praktek jemaat kristen sejak abad pertama baik di Afrika Utara, Eropah maupun Asia Kecil, jauh sebelum kekaisaran Konstantin pada abad-IV meresmikan hari minggu dengan mengeluarkan edik sebagai hari istirahat negara. Mendukung kenyataan yang telah berjalan tiga abad lamanya itu, pada tahun 321 M, kaisar Konstantin mengeluarkan edik yang menentukan hari minggu sebagai hari istirahat negara dan meliburkan/menutup gedung-gedung pemerintahan pada hari itu, sehingga para pegawai dapat pemerintah dapat mengalami kelegaan setelah enam hari bekerja keras. Edik ini bukan merupakan produk ketentuan yang baru lahir, melainkan meresmikan kebiasaan di kalangan umat kristen yang sudah berjalan tiga abad lamanya.

Pengertiannya yang dikandung dalam edik di sini adalah bahwa masyarakat harus berhenti/libur dari pekerjaan sehari-hari dan menghadiri pertemuan ibadat di hari minggu. Hari minggu tidak pernah dianggap sebagai hari Sabat (seperti dimengerti dalam agama Yahudi). Baik Roma Katolik maupun Orthodox tidak menganggap ibadat hari Minggu sebagai penerusan Sabat Yahudi. Para reformator seperti Martin Luther dan Yohanes Calvin juga menekankan hari Minggu sebagai hari istirahat dan hari berbakti bagi umat Kristen, dan mereka juga menolak mengkaitkan hari Minggu dengan hari Sabat Yahudi.

Hari Minggu memang menggantikan Sabat sebagai hari istirahat dan berkumpulnya jemaat, tetapi bedanya Sabat sabtu berfungsi sebagai perbuatan baik dalam ritual Taurat yang kalau dilanggar adalah dosa, sedangkan hari Minggu adalah hari berkumpul bagi umat Kristen yang dengan sukacita mengenang dan merayakan hari kebangkitan Yesus yang telah menang atas dosa dan maut dan telah memerdekakan mereka dari perhambaan kerja, karena Ia adalah Tuhan yang telah bangkit!

SABAT PADA MASA KINI

Memang sepanjang sejarah gereja sewaktu-waktu muncul kelompok-kelompok dalam kekristenan yang ingin kembali merayakan Sabat seperti halnya Syariat Sabat Taurat Yahudi, dan khususnya pada akhir abad XIX ada aliran-aliran terutama ‘Seventhday Adventist’ dan ‘Chruch of God, seventhday’ di Amerika Serikat yang mengembalikan Syariat Sabat Taurat Yahudi tersebut dalam ibadat mereka, mereka ini disebut kaum Sabbtarian.

Sebenarnya, masalah yang dihadapi kaum Sabbatarian adalah bahwa sekalipun mengaku sebagai umat Kristen mereka belum menghayati arti Injil Yesus yang sebenarnya dan tidak mengikut Tuhan Yesus Kristus dengan sepenuh hati seperti para rasul dan murid Yesus tetapi dengan satu kaki berdiri diatas jalan Yesus (Injil) tetapi kaki lainnya masih berada di jalan Yudaisme (Taurat), itulah sebabnya Sabbatarianism dijuluki ‘Twentieth Century Judaism.’



Yabina ministry
www.yabina.org

Standar Pakaian Dalam Kebaktian.















Di seluruh Amerika, para hakim pengadilan kini mulai menerapkan standar pakaian yang harus dipakai di ruang pengadilan untuk mempertahankan keteraturan dan kesopanan di dalam persidangan. Pengadilan lalu lintas di Bakersfield, California, melarang sendal atau alas kaki yang tidak penuh. Pengadilan tinggi di Inkster, Michigan, melarang jeans. Sebuah pengadilan di Dover, Delaware, melarang celana pendek dan rok yang lebih pendek dari empat inci di atas lutut. “Para hakim di wilayah-wilayah tersebut dan tempat-tempat lain di Amerika tegas melarang pakaian yang terlalu sedikit, yang tidak rapi, atau yang mereka anggap tidak sesuai, dalam usaha untuk mempertahankan keteraturan dan meningkatkan keamanan” (“Judges Crack Down on Inappropriate Clothes,” USA Today, 17 Agustus 2010). Hakim di Pengadilan Superior Delaware, William Witham Jr., mengatakan bahwa “ pengadilan adalah tempat dilaksanakannya urusan yang serius, dan itu mengharuskan pakaian yang sesuai.” Budaya pop menyuruh orang-orang untuk berpakaian semau mereka kapan pun dan di mana pun mereka sukai, tetapi para hakim ini menyadari bahwa pakaian adalah suatu bentuk bahasa. Fashion seseorang menyatakan sesuatu tentang orang itu. Dan jika cara berpakaian di hadapan hakim dunia ini penting, betapa lebih pentingnya lagi berpakaian dengan benar jika kita tampil di hadapan Hakim seluruh bumi!


EDITOR: Banyak gereja yang sudah termakan oleh filosofi dan budaya pop. Mereka tidak mengajar jemaat untuk “dress up” atau berpakaian yang sebaik mungkin saat datang ke gereja. Malah, di sebagian gereja, sengaja ditampilkan budaya “casual,” dan pengkhotbah atau gembala sidangnya sendiri memberi contoh dengan memakai baju casual (jeans dengan kaos misalnya). Mereka tidak sadar, bahwa bagaimana seseorang mempersiapkan dirinya berpakaian saat menuju suatu tempat, memperlihatkan bagaimana pikirannya tentang maksud dan tujuan tempat itu. Tidak heran bahwa di banyak gereja, orang Kristen menganggap gereja sebagai tempat rekreasi, tempat hiburan, atau bahkan tempat ia stop sebentar sebelum ia pergi ke mal setelah kebaktian. Mereka tidak tahu bahwa ada urusan yang penting yang akan dilakukan di gereja.

Bagaimana dgn gereja Anda?
Bagaimana sikap Anda selama ini dlm berpakaian di gereja dan sikap Anda setelah mendapatkan penjelasan ini?

The choice is in your hand.
Pilihan yang Anda ambil merupakan refleksi dari cara berpikir Anda yang memandang berjemaat dan bersekutu dgn Tuhan itu penting atau sekedarnya.
GBU


(Berita Mingguan GITS 11 September 2010, diterjemahkan dari www.wayoflife.org)

Teruslah Bersyukur











Ada seorang pria yang tidak mempunyai apa-apa dan Tuhan memberinya 10 buah apel.
Tiga buah apel pertama utk dimakan.
Tuhan memberi dia tiga buah apel kedua utk ditukar dengan rumah.
Tuhan memberi dia tiga apel berikutnya utk ditukar dengan pakaian agar dia bisa berpakaian.
Kemudian Tuhan memberi dia apel yang terakhir sehingga dia bisa memberi persembahan kepada Allah sebagai ungkapan terima kasih atas kesembilan apel lainnya.

Pria itu memakan tiga apel pertama.
Dia menukarkan ketiga apel yang kedua untuk mendapatkan sebuah rumah.
Lalu menukarkan Apel yg ketiga untuk mendapatkan pakaian.
Setelah itu dia memandang ke apel yg kesepuluh...
Apel itu tampak lebih besar dan lebih merangsang daripada apel-apel lainnya. Dia tahu bhw Tuhan memberi apel yang kesepuluh itu agar dia bisa mempersembahkan apel itu sebagai rasa terima kasih atas pemberian kesembilan apel lainnya. Tapi dia berpikir bahwa Tuhan sudah memiliki semua apel di dunia ini dan apel kesepuluh itu sangat istimewa.......
Jadi, pria itu memakan apel yg kesepuluh juga. Lalu dia mempersembahkan kpd Tuhan biji apel tersebut...


Membaca kisah diatas mungkin kita berkata "sungguh naif orang itu dan tidak tahu berterima kasih kepada Tuhan!" Tapi yg menjadi pertanyaan dan perenungan kita saat ini, "Apakah Anda sama seperti pria itu?... tidak tahu berterima kasih kepada Tuhan.

Kapan kali terakhir saudara mengucap syukur dengan tulus dihadapan-Nya, atas segala sesuatu yang telah Anda rasakan? Tuhan tahu dan sangat tahu cara memberi yang terbaik buat anak-anak Nya, namun Ia juga tahu persis kepada siapa Dia harus memberikan yang terbaik itu. Tentunya kepada setiap orang yang dengan setia dapat bersyukur dengan segala keberadaan hidupnya

Apa Kata Alkitab Tentang Perceraian?















Matius 5:31-32 “Setiap orang yang menceraikan isterinya kecuali karena zinah, ia menjadikan isterinya berzinah; dan siapa yang kawin dengan perempuan yang diceraikan, ia berbuat zinah.” (Matius 5:32)

Dalam Ulangan 24:1-4 disampaikan peraturan tentang perceraian; jika perceraian sampai harus terjadi karena alasan yang valid, maka suami harus membuat surat cerai bagi istrinya, dan bila nanti sampai istrinya diceraikan suami barunya, dia tidak boleh mengambilnya kembali menjadi istri. Peraturan itu dibuat, sebenarnya adalah untuk melindungi hak kaum wanita. Seorang pria bisa dengan mudah menyukai wanita dan mencampakkannya begitu saja setelah bosan. Hukum Musa ini diberikan, adalah untuk melindungi kaum wanita yang tertindas dan memberikan kesempatan untuk meraih hidup baru dengan pria lain, bukan memberikan kebebasan bagi kaum pria untuk menceraikan istrinya.

Perceraian hanya boleh terjadi, ketika ada alasan yang sangat valid, yang menyebabkan ikatan pernikahan menjadi rusak. Tapi jika seorang suami sudah menceraikan istrinya, dia tidak boleh mengambilnya kembali. Ini untuk menekankan nilai kesakralan pernikahan; pernikahan bukanlah seperti makan di restoran; karena sering menjadi bosan lalu pindah lainnya; jika ingin, boleh kembali. Sebelum memutuskan bercerai, suami harus berpikir matang-matang!

Orang Yahudi telah memahami hukum perceraian dari sisi yang salah. Bagi mereka, yang penting jika menceraikan istri, harus membuatkan surat cerai. Jadi jika telah memenuhi kewajiban ini, dia bisa menceraikan istrinya secara sah. Mereka sama sekali telah salah menangkap makna peraturan yang Musa berikan ini. Allah tidak pernah merencanakan pernikahan untuk kemudian bercerai; demikian juga sebenarnya tidak ada pasangan pria dan wanita yang menikah dengan tujuan kemudian bercerai. Ikatan ini adalah seumur hidup. Tapi jika ikatan pernikahan akhirnya tidak lagi dapat dipertahankan karena kelemahan dan kesalahan kedua pihak, maka perceraian hanya bisa terjadi jika ada dasar atau alasan yang valid, yang bisa dibenarkan, dan tentu ada konsekuensi tertentu yang harus ditanggung bersama. Pernikahan adalah ikatan sakral yang harus dijaga bersama dengan usaha penuh; bukan dihancurkan dengan mudah lewat perceraian. Perceraian, tidak pernah menjadi bagian dari rancangan baik Allah.

Jadi, mari kita menghargai dengan sungguh-sungguh:
- Pasangan kita
- Janji nikah/komitmen nikah kita terhadap pasangan,
dihadapan jemaat Tuhan dan dihadapan Tuhan.


Jika kita sedang dalam pergumulan pernikahan yang sedang berada di bibir jurang perceraian....
Teruslah memohon kasih karunia Tuhan atas kehidupan rumah tangga kita. Teruslah berusaha dan mengharapkan yang terbaik daripada Tuhan masih terus berlaku atas hidup anak-anaknya yang memohon kepadanya.


Tetaplah kuat...
Tetaplah bertahan....
Tidak untuk selamanya dibiarkan orang benar itu goyah.

May God bless u n your fam
affiliate program

GET INCOME FROM YOUR WEBPAGE

Turn your valuable web site visitors into revenue. Work online and join our free money making affiliate program. We offer the most pay-per-click rate to help maximize your cash stream.

Join our revenue making program absolutely free and 100% risk free.

Sign Up...

Income while you sleep

REVENUE WHILE YOU SLEEP

Earn $100... $200... $500...

Turn your blog traffic into cash!
You get money for every visitor that clicks on our banner. Our wish is to enable you to make as much as possible from your advertising space. We pay monthly, either by check, or using PayPal.

FREE INVESTMENT PROGRAM

We created this money making system specially for NO SETUP FEE methods, to make hundreds, if not millions of dollars, without spending something.

Start collecting steady partner revenue

Our make money program really can give you money on the same day. Begin collecting steady partner commissions with almost no effort at all. This is a profitable revenue opportunity, the chance for you to build a solid, reliable, long-time profitable business.

Clickingformula : Welcome To Clickingformula! Log In

iNeedSell.com: Free online ads. Post your Ad here.
Increase search engine rank

Increase your web-site search engine rank

Showing up on search engines is one of the most important strategy to increase website traffic and show your product or service to customers that might be interested in what you are offering.
Most of the major search engines utilize a software to determine your website ranks.
They know the number of websites are linking to your web-site; more referrers and hits higher rank for your website.
Get Better Rank...

Promote to over 10 million individuals

Advertise to over 10 million users across the globe.

We promote your business in worldwide network of partners webpages, each with own narrow auditory.
Our company gives you effective promotion strategies that helps your company profitable on the Internet.
We will give you real and visible results and take your website to the next level.
Promote to Over 10 Million customers Now...

Get More Shoppers

Get More Shoppers, Get More Sales!!!

With no day-to-day current of visitors you cannot have stable everyday revenue.
It's not possible to get sales if no one comes to your website. You need visitors to see your web-site, every day, 24 hours!
Our company helps more than 30,000 clients get more visitors online.
You will get more income by receiving hundreds of real targeted visitors to see your web-site.
More Shoppers...

I'm using webcamera software. I can webcast Internet video to view my site from everywhere.

Web camera software senses activity, triggers alarm, captures images, records video, and sends captured images by e-mail With my new web camera software, I can run a streaming webcast of my home viewable from the Internet. This opens up a league of opportunities, the surface of which has not even been scratched in today's world. I can use this broadcast for surveillance purposes, allowing me to watch what's going on in my home at any moment from a remote watching pc.
As long as I have the camera running and a remote workstation with Online access, I can watch the apartment. With the software and the webcam, I can change the settings to capture picture, identify motion (if I don't want to keep the camera running at all times), or use a mixture of a live feed and recorded video to implement a security system that takes full benefit of recent technology.
With a capture card, I can easily transmit related video and screenshots to use on any workstation.
With sensitive data on my pc and precious stuff in my site, it only makes sense to have a protection setup that I can monitor whenever I feel that my privacy is being compromised. If I owned a small firm or lived with roommates, I couldn't imagine living without it.

Webcam software senses movement, sounds siren, captures images, records video, and sends captured images by email

Webcam software detects motion, triggers siren, captures images, records video, and sends captured images by emailWebcams are good for more than just making internet communications more sensible. They can also be an extremely practical device for use in residence or corporation security. Application is now available that can sense activity and use it as a trigger for various procedures.
The way that it works is to analyze the image sent by a webcam that is either connected through USB or through a video capture device for motion. While it picks up that motion, it can afterward take any number of events, including triggering an alarm.
An other popular software, though, is to either send live images of what is happening in the scene that is covered by the camera or to even broadcast via live broadcasting accurately what is happening with both audio and image. If installed covertly, this application could even be used for covert surveillance.
Given the large number of systems that either have a webcam attached or can support one, this is an perfect way to inexpensively and easily defend the area across that computer from intrusion or robbery.

Modern professional surveillance application works with any webcam, Internet cameras, and major capture cards.

Webcam software identifies movement, triggers alarm, captures snapshots, records video, and sends captured images by e-mail Security application has become so difficult that the regular consumer who has been busy minding his store instead of pouring over electronics and online technology articles can be easily overwhelmed when it comes time to setup or update his surveillance system.
Fortunately, there is new professional security software that simplifies much of the decision making. You don't necessarily have to get rid of a working analog closed circuit TV system in order to modernize to a streaming video that can be watched from any ip connected station or 3G phone. Video capture cards can digitally convert the images for webcast. Until yesterday, there had been no real attempts to standardize the new Internet cameras; every make and manufacturer functioned a tiny differently. And when you put webcams into the mix, finding one software to rule them all was heavy.
Professional surveillance application is now accessible that will work for any camera or Internet camera and for most capture cards as well. You can supervise whatever your movement detectors are picking up at your house or company while you can be half a world away. The application itself may not be simple, but it can get life simpler for you.

  © Blogger templates Sunset by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP